Cerita Perempuan Adat Simardangiang di Forum Internasional
SAMOSIR, GJI.or.id – Dua perempuan adat dari Masyarakat Hukum Adat (MHA) Simardangiang mengikuti Konferensi Internasional Masyarakat Adat Asia (The 5th International Conference on Indigenous Peoples of Asia/IKPA) selama lima hari di Samosir sejak Selasa (23/9/2025). Kegiatan tersebut menjadi momentum untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan 157 peserta yang didominasi perempuan dari 15 negara.
Diwawancarai di lokasi, Serdika Simombing, mengaku senang ikut dalam kegiatan ini karena mempertemukannya dengan perempuan adat dari berbagai negara. Serdika berharap, pengalaman yang diperolehnya dapat dibawa pulang dan dibagikan kepada masyarakat di desanya. “Kami di sini mengikuti acara Perempuan AMAN, bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara. Rasanya sangat senang bisa berjumpa dan belajar langsung dari pengalaman mereka,” ujarnya.
Dia berharap yang dipelajari di sini bisa disampaikan di desa. Apa yang dikerjakan di sini, lanjut Serdika, dapat bermanfaat untuk masyarakat di kampung. Menurutnya, kesempatan ini menjadi langkah penting agar masyarakat adat, khususnya perempuan, semakin terlibat dalam menjaga adat dan lingkungan hidup. “Harapannya apa yang kita kerjakan di sini bisa disampaikan di desa,” katanya.
Hal serupa diungkapkan Nuriana Nainggolah. Perwakilan perempuan adat dari Desa Simardangiang, Kecamatan Pahae Julu, Tapanuli Utara ini mengungkapkan kebanggaannya dapat hadir dalam pertemuan internasional yang mempertemukan komunitas adat dari 15 negara. Nuriana bersama rombongan datang sebagai bagian dari Solidaritas Perempuan AMAN untuk mengikuti kegiatan belajar dan pertukaran pengalaman mengenai adat.
“Kami di sini belajar tentang adat di sekitar kita, sekaligus bertemu dengan perempuan adat dan komunitas adat dari berbagai negara,” ujarnya.
Ia merasa senang bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan peserta dari negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Nepal. Menurutnya, perjuangan masyarakat adat di berbagai negara untuk melindungi lingkungan dan hidup selaras dengan alam menjadi inspirasi yang akan dibawa pulang ke desanya untuk mendorong kesadaran bersama. “Banyak manfaat yang kami dapat. Semoga nanti bisa kami sampaikan kepada masyarakat, terutama kaum ibu di kampung, agar lebih mengenalpentingnya melindungi lingkungan,” kata Nuriana.
Sementara itu, Profect Officer Green Justice Indonesia, Chandra Frans Daniel Silalahi yang mendampingi kedua perempuan dari MHA Simardangiang itu mengatakan, forum ini menjadi ruang penting bagi perempuan adat Simardangiang untuk berbagi wawasan, menyampaikan kegelisahan, dan menunjukkan capaian mereka. “Dalam acara ini, perempuan adat dari Simardangiang berbagi wawasan dan cerita tentang kegelisahan serta capaian mereka.
“Hal ini penting karena meningkatkan nilai tawar perempuan adat Simardangiang dalam berjejaring dan menyuarakan aspirasinya,” ujar Chandra.
Ia menambahkan, partisipasi ini diharapkan melahirkan rekomendasi penting yang berfokus pada tiga isu besar: perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan pembangunan berkelanjutan. “Kami berharap suara perempuan adat semakin diperhitungkan dalam diskusi internasional, sehingga perjuangan mereka untuk menjaga hutan dan adat istiadat bisa berdampak lebih luas,” tegasnya.


Leave a Comment
You must be logged in to post a comment.