
Mengangkat Kembali Kejayaan Kopi Tanjung Dolok
TAPANULI SELATAN, GJI.or.id — Desa Tanjung Dolok, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan tidak bisa hanya dilihat sebagai salah satu sentra produksi kopi karena berdekatan dengan habitat orangutan tapanuli. Begitupun, penyelamatan satwa dilindungi itu harus sejalan dengan upaya peningkatan ekonomi masarakat.
Koordinator Lanskap dan Pengamanan Hutan, Sumatera Rainforest Institute (SRI), Edi Amin mengatakan, pihaknya konsen dalam hal tersebut karena menilai penting untuk menghidupkan kembali kejayaan komoditas khas daerah ini.
Dikatakannya, kehadiran SRI di tengah-tengah masyarakat untuk menguatkan upaya konservasi sekaligus perekonomian masyarakat. Kopi, di desa ini sempat ditinggalkan namun jejak sejarah Desa Tanjung Dolok sebagai sentra kopi tidak bisa dihilangkan.
“SRI di Desa Tanjung Dolok ini mencoba mendorong kembali, memperkuat petani-petani kopi yang berada di Desa Tanjung Jolok. Karena apa? Sejarah dulunya kopi dari Desa Tanjung Dolok, Kecamatan Marancar ini sangat khas dan terkenal,” katanya.
Dijelaskannya, SRI bukan hanya berbicara tetang produksi dan keuntungan, tapi juga menyangkut upaya konservasi. “Dengan mendukung konservasi, kami berharap kopi-kopi dari Desa Tanjung Dolok, Kecamatan Marancar ini dapat memiliki nilai jual lebih tinggi, sehingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Desa Penyangga Ekosistem Batang Toru
Desa Tanjung Dolok merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan ekosistem Batang Toru, yang merupakan satu-satunya habitat orangutan tapanuli.
“Desa Tanjung Dolok ini juga salah satu desa yang wilayah administrasinya juga dilalui oleh satwa liar yang dilindungi,orangutan tapanuli. Orangutan sering sekali lewat pada musim-musim buah di desa ini.” jelas Edy.
Perlu Kolaborasi Lebih Luas
Edi menambahkan, masyarakat di desa ini masih membutuhkan dukungan dari banyak pihak. Menurutnya, kolaborasi yang kuat antara masyarakat, lembaga pendamping, dan pemerintah, Desa Tanjung Dolok bisa menjadi contoh kawasan yang berhasil mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan—kopinya tumbuh, hutannya pun lestari.
“Untuk menambah pemahaman, pengetahuan yang saat ini mungkin mereka bisa hanya terima dari media massa, dari informasi elektronik, dengan adanya dan kedatangannya lembaga lain, LSM lain, itu akan menambah pemahaman, pengetahuan secara langsung,” katanya.
Leave a Comment
You must be logged in to post a comment.