Orangutan Sering Datang, Warga Buluh Mario ini Sudah Tiga Bulan Tinggal di Pondok
TAPANULI SELATAN, GJI.or.id – Hujan tengah turun pada Rabu (28/12/2022) siang. Tiba di jalan sempit yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat. Di sisi kanan, menjulang beberapa pohon durian yang sedang berbuah. Tumbuh di tebing curam, seorang perempuan terengah-engah berjalan ke atas dengan potongan bambu.
Dialah Masriani Aritonang. Dia sudah lebih dari tiga bulan berada di pondok di ladang durian di Desa Buluh Mario, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan bersama suami dan seorang anaknya yang masih balita. Di pondok itu itu, hanya ada tempat tidur dan tempat memasak sederhana.
Dia terpaksa tinggal di ladang untuk menjaga durian dan aren. Dia tak ingin musim panen durian kali ini gigit jari lantaran ‘kalah cepat’ dengan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) yang semakin sering datang beberapa waktu terakhir. Sebelumnya dia sudah kehilangan setidaknya 350 butir durian karena dimakan orangutan.
Dia membandingkan tahun lalu hanya empat kali orangutan datang ke ladangnya. Diusir sekali, orangutan itu tak berani lagi kembali. Namun yang mengherankannya, pada bulan November sudah 4 kali orangutan datang dan sulit sekali diusir. Dia sudah melempari dengan batu sambil menyoraki orangutan itu bergembing sambil mengunyah durian dengan giginya.
“Lebih sering ini. Dulu sekali diusir udah gak datang-datang. Ini sudah 4 kali lah datang. Kami udah tiga bulan di pondok jaga durian. Namanya ini matapencaharian, dikasih rezeki sama Tuhan ini, ya kami jaga lah,” katanya.
Pernah sekali waktu, lanjutnya, orangutan itu datang dari seberang jalan. Dari atas pohon dia turun melintasi jalan aspal selayaknya manusia. Menerabas rumput dan semak langsung naik ke pohon durian. Dari jam 16.00 WIB sampai pukul 19.30 WIB, orangutan itu memakan durian.
Dalam kondisi hujan dia mengusirnya namun tidak berhasil. Dia sudah melapor ke pihak yang berwenang namun tidak direspon seperti keinginannya bahkan memberi jawaban yang sekenanya. “Sudah lapor sudah kami, sama yang jaga, gak ada respons orang kehutanan. Sudah habis satu pokok, dibilangnya, ‘kan pigi nyah orangutan itu’ gitu aja,” katanya.
Akibatnya dia mengalami kerugian sekitar 350 butir buah durian yang dimakan orangutan ataupun yang tak bisa dipanen. Dia mengaku bingung cara menangani orangutan karena ada larangan untuk menembak atau menyakiti orangutan. Dia berharap ada solusi menangani orangutan yang masuk ke ladang warga.
“Kalau yang diambil utuh lah semua pak. Bisa diperkirakan adalah ini 350 bijiji,” katanya.
Serupa dengan pernyataannya, Asmar. Pemuda warga Desa Buluh Mario itu mengatakan intensitas kemunculan orangutan itu semakin sering dalam beberapa bulan terakhir. Dulu, orangutan diusir langsung pergi. Apalagi jika orangutan itu membuat sarang, maka dia akan mematahkan batang atau ranting sehingga buahnya tak akan tumbuh lagi.
“Bedanya sekarang, diusir, malah dilemparnya kita. Dulunya orangutan tahunya buah-buahan, sekarang air aren diambil,” katanya.
Leave a Comment