
Mencari Alternatif Selain Menebang Kayu di Tapian Nauli Saurmanggita
TAPANULI TENGAH, GJI.or.id – Warga Dusun 2 Paromaan, Desa Tapian Nauli Saurmanggita, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah berkumpul di sebuah warung pada Sabtu (31/5/2025) malam. Mereka berdiskusi banyak hal, dari aktivitas menebang kayu di hutan untuk menopang ekonomi keluarga, akses jalan yang rusak, alternatif ekonomi pengganti dan lain sebagainya.
Seorang warga bernama Risminda Hutabarat berbagi cerita tentang masyarakat di dusun tersebut. Dikatakannya, penghidupan masyarakat di dusun ini adalah dari penebangan kayu di hutan yang sudah berlansung lama. Hal tersebut dilakukan karena tiadanya pilihan lain untuk menghidupi keluarganya. Ada juga yang bersawah, karet dan coklat tapi hasilnya kurang menggembirakan.
“Selama ini yang saya tahu, sumber utamanya adalah menebang kayu di hutan. Tapi itulah jalan satu-satunya agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Kayu yang keluar dari sini, karena mayoritas pekerjaan daripada kepala keluarga adalah menebang kayu, per operator sensonya bisa menghasilkan 1 kubik kayu per minggu. Jadi kalau dihitung-hitung, jumlah operator itu ada di sini di Dusun 2 sekitar kurang lebih 20 kali 1 kubik, 20 kubik lah per minggu keluar dari hutan. Udah cukup lama (berlangsung),” katanya.

Dikatakannya, masyarakat sebenarnya sadar bahwa aktivitas menebang kayu di hutan sangat berresiko namun terpaksa dilakukan karena tidak ada alternatif lainnya. “Kami juga tidak menginginkan hal yang demikian untuk menebang kayu. Jika ada sumber ekonominya yang lain, kami juga siap, Pak. Kami juga menginginkan itu,” katanya.
Bertemu orangutan
Dikatakannya, warga pernah bertemu orangutan saat menebang kayu di dalam hutan. Begitupun satwa lainnya seperti beruang madu, dan lainnya. Saat bertemu satwa di dalam hutan, menurutnya warga lebih memilih untuk menghindar dan tidak mengganggunya karena rasa takut dan lain sebagainya.
“Pernah ada rekan di sini, pernah cerita waktu senso di kurang lebih 5 km dari pemukiman ini, ada itu namanya orang hutan. Pernah pas waktu bersenso, orang hutan itu datang ke situ. Beruang madu ada. Ketika satwa itu muncul, masyarakat menghindar. Menghindar, bukan kalau untuk menyakiti tidak ada,” katanya.
Dengan permasalahan yang dihadapi warga, dia berharap ada perhatian dari pemerintah maupun lembaga lainnya agar memerhatikan masyarakat, memberi pilihan pekerjaan daripada menebang kayu di hutan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
“Permintaan kami agar instansi terkait lebih memperhatikan kehidupan kami di desa ini. Yang kami tahu bahwasannya menebang kayu itu merupakan satu tindakan yang kurang baik, yang bisa mengakibatkan bencana. Bagaimana caranya agar kami mendapatkan ekonomi yang tidak merusak alam,” katanya.
Menurut Risminda, warga membuka peluang untuk pengembangan pertanian dan peternakan yang sesuai dengan kondisi desa. Desa Tapian Nauli Saurmanggita, kata Risminda, terdiri dari 3 dusun dengan jumlah penduduk sekitar 110 kepala keluarga (KK).
Menurutnya, program bantuan penangkaran lebah madu yang pernah disalurkan lembaga Samudera menjadi contoh yang baik. “Jadi kami mengharapkan agar dari lembaga untuk memberikan bantuan berupa bibit andaliman. Penyerahan penangkaran madu lebah itu dari lembaga Samudera dibagikan ke masyarakat untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat.” ujarnya.
Leave a Comment
You must be logged in to post a comment.